Iklan Baris

Minggu, 05 Desember 2010

Mahalnya Hidup Di bali


*Suasana Sunset Di pantai kuta
BALI… Panorama mu raja dari semua keindahan, asri,elok dan udaranya yang segar. masyarakatnya ramah, kaya budaya yang tak terkontaminasi,,,,
itu bali yang dulu.Kini bali hanya tersisa sedikit dari pujian-pujian itu, panorama bali sudah mulai semakin terkikis zaman, gedung-gedung tinggi semakin menghiasi wilayah bali, pantai sebagai wisata utama terancam abrasi, udara yang segar kini susah dicari, polusi dimana-mana, sungai yang dulu bening kini menjadi tempat pembuangan limbah, masyarakat yang ramah semakin hari semakin berbudaya barat alias cuek bebek, budaya bali banyak yang tersisip budaya western yang sudah melenceng dari budaya ketimuran indonesia.
Namun daya tarik bali tidak pernah pudar, selalu saja bali menjadi tujuan utama wisatawan baik domestik maupun internasional. tak hanya tujuan wisata, bali semakin hari semakin crawdit menjadi tempat tujuan pencari kerja. setiap harinya ada saja pendatang dengan berbagai macam gelar masuk kebali dengan harapan besar mendapat pekerjaan yang layak.
Namun banyaknya pendatang dari luar pulau bali tidak di imbangi dengan lowongan yang memadai, sehingga perusahaan sangat di untungkan bahkan di manjakan dengan membludaknya pencari kerja , sampai seorang yang bertitle S1 bisa di hargai dengan gaji Rp.450.000 / bulan. perusahaan seenak hati menentukan gaji tanpa mengindahkan peraturan pemerintah tentang ketenaga kerjaan. karena sempitnya lowongan pekerjaan mau tidak mau Para sarjana muda ini membuang ego mereka yang bertitle dan berbaur dengan pekerja yang setingkat SMU. sehingga sangat-sangat menyedihkan, karena tentu ada harapan besar dari orang tua agar anaknya yang di sekolahkan tinggi untuk dapat sukses dengan pekerjaan yang mapan , namun harus rela melepaskan title mereka hanya untuk melepas status sebagai pengangguran.

*Pecalang atau polisi adat
Disamping minimnya gaji dari perusahaan, hidup di bali sungguh sangat teramat berat. karena dibali penuh dengan pajak yang harus dibayar. Dengan adanya Otonomi daerah, daerah seolah dengan leluasa mencari celah untuk mendapatkan dana, mulai dari iuran banjar, KIPEM , dan sumbangan-sumbangan lain yang tidak tentu jumlahnya. jadi seolah-olah touris maupun pekerja domistik lebih sulit untuk hidup dibali dibanding dengan touris maupun pekerja yang berasal mancanegara. karena pekerja mancanegara hanya butuh visa dan paspor untuk hidup nyaman dan tenang bekerja di bali,tanpa di usik, sedang untuk pekerja lokal , mereka harus berurusan dengan pecalang desa tiap bulannya untuk iuran segala macam banjar dan perpanjangan KIPEM.dan iuran lainnya yang cukup memberatkan.
Saran saya buat temen yang berencana bekerja dibali , diharapkan berfikir 1000 x untuk datang kebali. bali bukan dulu lagi, bali kini seperti sebuah tempat impian yang ternyata dongeng belaka.
“terima kasih baliku, untuk budaya dan alam mu terima kasih baliku cantik gadismu dan kerasnya arak balimu”
Lyric Slank

http://www.baladika.info/2007/06/11/mahalnya-hidup-di-bali/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please comment

Blog Archive